warta lentera great work
spot_img

Ultah ke-22, Global Auction Gelar Lelang Seni 20 Hari

Tampilkan karya seni maestro lukis Indonesia.

WARTALENTERA-Global Auction bakal menggelar lelang bertajuk “Auction’s 22nd Anniversary Sale: Southeast Asian, Chinese, Modern and Contemporary Art, 2-22 Juni 2025 di Park Hyatt Jakarta di HUT mereka ke-22. Dalam acara tersebut, Global Auction menghadirkan 190 lot karya seni dari sejumlah nama besar dalam dunia seni rupa Asia Tenggara.

Koleksi yang ditawarkan mencakup karya-karya penting dari abad ke-19 dan 20, hingga karya seniman kontemporer yang tengah naik daun saat ini. Beberapa nama besar yang karyanya hadir dalam lelang ini antara lain adalah Raden Saleh, Affandi, Lee Man Fong, Srihadi Soedarsono, Hendra Gunawan, S. Sudjojono, Basoeki Abdullah, Ahmad Sadali, Adrien-Jean Le Mayeur de Merprès, dan juga Gregorius Sidharta Soegijo.

Dari segi keragaman karya, lelang ini menghadirkan kekayaan ekspresi seni rupa, mulai dari lanskap dan potret bernuansa historis hingga pendekatan abstrak dan kontemporer yang lebih berani dan dinamis. Salah satu karya utama dalam lelang ini adalah lukisan karya Raden Saleh berjudul Javanese Landscape with Gunung Merapi and Horseman (18G7).

Karya ini tergolong langka, terlebih karena karya-karya Raden Saleh kini sangat jarang muncul di pasaran. Diakui, sebagai pelopor seni modern Indonesia, Raden Saleh juga merupakan seniman Indonesia pertama yang mendapat pengakuan di kancah seni rupa Eropa.

Dalam lukisan ini, Gunung Merapi digambarkan dalam suasana damai di bawah langit cerah, dengan sosok penunggang kuda yang melintasi jembatan kayu di bagian depan komposisi. Karya ini memperlihatkan penguasaan teknik Romantisisme Eropa yang dipadukan dengan lanskap dan semangat khas Jawa.

Keasliannya telah dikonfirmasi oleh sejarawan seni terkemuka, Dr. Werner Kraus. Karya penting lainnya adalah Borobudur, Moment of Contemplation (2017) karya Srihadi Soedarsono, salah satu maestro seni rupa modern Indonesia yang dikenal akan kepiawaiannya dalam permainan warna.

Lukisan ini didominasi oleh warna putih dengan siluet Candi Borobudur yang muncul dari latar yang hening, memancarkan suasana sunyi dan ketenangan batin. Karya ini menjadi sangat istimewa karena merupakan satu dari hanya dua lukisan Borobudur putih yang pernah dibuat oleh Srihadi sepanjang hidupnya.

Tiga karya ekspresif karya Affandi juga turut meramaikan lelang ini: Canna Flowers (1973), Horse Cart (1981), dan Ivory Coconut Palms (198G). Dengan teknik khasnya, yaitu melukis langsung dari tube dan menggunakan jari, ciri khas Affandi langsung terasa dalam setiap goresannya.

Sapuan catnya yang spontan dan penuh energi menjadi kekuatan visual utama dalam karya-karya ini. Lelang ini juga menghadirkan karya-karya Lee Man Fong, pelukis yang dikenal dengan gaya khasnya yang memadukan teknik lukis Timur seperti sapuan kuas China dengan pendekatan cat minyak bergaya Eropa.

Sebanyak tujuh karyanya akan ditawarkan, termasuk Portrait of a Seated Lady, Gold Fishes, dan Before Departure (1940), salah satu karya yang dibuat pada masa awal kariernya. Melalui rangkaian karya ini, kita dapat melihat perkembangan gaya visual Lee Man Fong dari waktu ke waktu, mencerminkan kedalaman dan kekayaan estetika yang ia bangun sepanjang perjalanan seninya.

Tak ketinggalan, dua karya dari Basoeki Abdullah, maestro realisme Indonesia yang telah dikenal secara internasional, turut ditampilkan dalam lelang ini. Ia dikenal akan kepiawaiannya dalam melukis potret tokoh-tokoh penting dunia hingga lanskap alam dengan gaya realis yang kuat. Dua karyanya dalam lelang ini, Beauty of Nature (1972) dan Lady Wearing a Kebaya, menunjukkan kemampuannya menangkap keindahan dan keanggunan dengan sentuhan realisme yang halus dan penuh presisi.

Keragaman gaya terus berlanjut lewat karya Hendra Gunawan, yang dikenal dengan palet warna-warna cerah dan mencolok, serta gaya visual yang khas dan dinamis. Under the Sea menghadirkan dunia bawah laut yang penuh imajinasi, sementara The Guerilla Fighter menggambarkan semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan energi yang kuat dan karakter visual khas Hendra.

Sementara itu, karya S. Sudjojono berjudul Orchid and an Angel memadukan elemen still life bunga dengan untaian puisi. Sebagai pendiri PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia), ia dikenal sebagai sosok yang mendorong seni yang jujur, ekspresif, dan mencerminkan jiwa serta realitas masyarakat Indonesia. (sic)

 

 

RELATED
- Advertisment -
warta lentera beautiful day

PROFILE

Most Popular