warta lentera great work
spot_img

Target Presiden Prabowo Subianto untuk Swasembada Energi akan Sulit Direalisasikan, Ini Alasannya!

Ada dua strategi yang perlu dilakukan pemerintah dan komitmen jangka Panjang.

WARTALENTERA – Target Presiden Prabowo Subianto untuk swasembada energi akan sulit direalisasikan dalam waktu 4-5 tahun ke depan. Menurut Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Rhadi, ada beberapa hal yang mengganjal realisasi dari target tersebut. Simak ulasannya!

Target swasembada energi sudah digaungkan Prabowo bahkan sebelum dilantik sebagai presiden. Ia menyatakan komitmennya untuk mencapai kedaulatan energi melalui pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan menggunakan sumber daya energi yang tersedia berlimpah.

Sumber daya energi tersebut berupa kelapa sawit yang bisa menghasilkan solar dan bensin, tanaman lain seperti singkong, tebu, sagu, jagung, dan lain-lain. Indonesia juga juga punya energi panas bumi (geothermal), batu bara, energi tenaga air, angin, dan matahari.

“Masalahnya, Indonesia tidak memiliki teknologi untuk mengolah sumber daya energi tersebut menjadi EBT. Pertamina sudah mengusahakan bio-diesel, yang merupakan percampuran solar dengan minyak sawit. Dimulai dengan B-20 meningkat ke B-35, naik menjadi B-40. Lalu berhenti lantaran Eni, partner usaha dari Italia, menghentikan kerja sama dengan Pertamina,’’ ujar DR. Fahmy Rhadi, MBA, dalam opini tertulis yang diterima Warta Lentera.

Fahmy Rhadi - Pengamat Ekonomi Energi UGM
DR. Fahmy Rhadi, MBA, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada.

Fahmy Rhadi juga menyampaikan bahwa pengembangan bio-diesel selain tidak dapat dicapai, program EBT berbasis sawit pun berpotensi bertabrakan dengan program pangan untuk menghasilkan minyak goreng. Demikian juga dengan program gasifikasi, yang mengolah batu bara menjadi gas mengalami kegagalan setelah Air Product, partner usaha dari Amerika Serikat hengkang dari Indonesia.

“Alasannya, gasifikasi dinilai tidak mencapai keekonomian lantaran harga pasar batubara berfluktuasi,” ucapnya.

Untuk mendapatkan teknologi yang dibutuhkan dalam mencapai swasembada energi, ada dua upaya yang harus dilakukan pemerintah. Pertama, menarik investor asing pemilik teknologi untuk bekerja sama dengan perusahaan energi dan BUMN dalam negeri.

Strategi kedua adalah mengembangkan riset (R&D) di dalam negeri dengan menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan universitas-universitas Indonesia untuk menghasilkan teknologi yang dibutuhkan.

Upaya itu dibutuhkan komitmen jangka panjang karena R&D membutuhkan waktu lama dan biaya yang besar. Komitmen Prabowo untuk mencapai swasembada energi harus ditindaklanjuti oleh menteri-menteri terkait Kabinet Merah Putih secara konsisten dan berkelanjutan.

“Tanpa upaya serius dan terus menerus, komitmen Prabowo yang disampaikan pada pidato perdana sebagai Presiden untuk mencapai swasembada energi tak lebih dari omon-omon [baca: retorika] saja. (inx)

RELATED
- Advertisment -
warta lentera beautiful day

PROFILE

Most Popular