WARTALENTERA-Disuntik Danantara USD400 juta atau setara Rp6,56 triliun (kurs Rp16.401/USD), PT Garuda Indonesia Tbk pakai untuk optimalisasi pesawat lama. Dana segar itu juga untuk optimalisasi pesawat di anak usahanya, PT Citilink Indonesia.
Menurut CEO Danantara Rosan Roeslani, duit jumbo ini tujuannya cuma satu,.optimalisasi pesawat yang sudah ada. Masalahnya, kata Rosan, cukup banyak pesawat Garuda maupun Citilink yang sekarang cuma jadi ‘pajangan’ di darat alias di-grounded karena kurang perawatan. “Kita kan belum lama menginjeksi, memberikan pinjaman lah ke Garuda kurang lebih USD400 juta, dan itu baru sebagian. Untuk maintenance dan repairment karena banyak sekali pesawat dari Citilink maupun Garuda yang sudah di-grounded,” jelas Rosan kepada wartawan usai konferensi pers di Kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Menurutnya, pesawat nganggur itu menjadi masalah serius. Pesawat nganggur tapi Garuda tetap harus bayar biaya sewanya alias leasing.
“Jelas ini bikin biaya operasional maskapai jadi tidak efektif dan sangat boros. Makanya, coba diperbaiki dulu, supaya mereka bisa terbang. Karena sekarang Garuda average terbang pesawatnya itu per hari baru 5 jam, idealnya 12 jam,” paparnya.
Rosan menegaskan, prioritas utama saat ini adalah bikin semua pesawat bisa terbang lagi dan pemanfaatannya lebih optimal.
“Jadi kita bilang optimalkan dulu, pertama pesawat yang di-grounded untuk bisa terbang. Kedua optimalkan dari segi penerbangan, dari segi penggunaan dari setiap pesawat. Ketiga, tentunya kita akan melaksanakan transformasi di teknologi, di dalam pelayanan dan yang lain-lainnya,” ucap Rosan lagi.
Menjawab soal rencana pembelian pesawat Boeing, Rosan menyebut, hal itu masih dalam tahap perencanaan. Meskipun menurutnya, pemesanan beberapa unit pesawat baru dari komitmen tersebut mungkin bakal terjadi tahun ini.
“Berikutnya yang Boeing ini memang delivery-nya baru 2031-2032, jadi masih 6-7 tahun dari sekarang. Nah kita kan mesti antisipasi, kalau kita baru pesan misalnya nanti saja tahun 2030, mungkin datangnya baru beberapa tahun lagi,” ucap dia.
Jadi, fokusnya sekarang adalah bikin rencana matang. “Jadi yang kita sampaikan kepada Direksi Garuda, yuk coba bikin planning-nya. Kita optimalkan pesawat yang ada, kemudian juga dari rute-rutenya, kemudian next-nya oke nanti 6-7 tahun lagi yuk butuh pesawat baru itu berapa banyak yang akan kita negosiasikan dengan Boeing. Karena masih ada 49 lagi yang belum ter-delivered dari 50 yang sudah ditandatangani pada saat sebelum COVID,” jelas Rosan lagi.
Sebagai informasi, sebelumnya Garuda Indonesia dan Citilink juga sudah dapat pinjaman dari Danantara sebesar USD405 juta. Pinjaman itu buat pembiayaan kebutuhan maintenance, repair and overhaul (MRO), bagian dari total dukungan pendanaan sekitar USD1 miliar.
“Kami sangat senang Danantara dapat berperan sebagai mitra strategis Garuda Indonesia untuk mendukung komitmen transformasi jangka panjang yang diawali dengan pemberian pinjaman pemegang saham senilai USD405 juta,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani dalam konferensi pers di Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa (24/6/2025), sebelumnya.
Langkah ini dilakukan agar operasional dan kualitas layanan Garuda-Citilink tetap terjaga, sekaligus menyiapkan fondasi transformasi jangka panjang oleh Danantara Indonesia dan Garuda Indonesia Group. (sic)