WARTALENTERA-Nepal rusuh, pemerintah RI segera evakuasi 100 WNI. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memastikan warga negara Indonesia di Nepal dalam kondisi aman di tengah aksi demonstrasi besar-besaran dari puluhan ribu anak muda yang terjadi di Nepal sejak Senin (8/9/2025) waktu setempat.
Direktur Pelindungan WNI Kemenlu Judha Nugraha menyampaikan, pihaknya terus berkoordinasi dengan KBRI Dhaka yang diakreditasikan ke Nepal, Konsul Kehormatan RI di Nepal, serta berbagai pihak lainnya terkait Indonesia di negara itu guna memastikan keselamatan WNI yang ada di negara pegunungan tersebut. “Hingga saat ini tidak ada informasi adanya WNI yang menjadi korban kerusuhan tersebut,” kata Judha kepada wartawan di Jakarta, dikutip Kamis (11/9/2025).
Ia meminta, para WNI yang sedang berkunjung atau berwisata di Nepal segera melapor ke layanan hotline KBRI Dhaka. Menurut data KBRI Dhaka, ada 57 WNI yang menetap di Nepal, 43 anggota delegasi RI yang mengikuti konferensi internasional di Kathmandu, dua anggota TNI yang sedang mengikuti pelatihan, serta 23 wisatawan WNI.
“Semua dipastikan dalam keadaan aman,” yakinnya. Pihaknya kini fokus pada proses evakuasi, untuk memastikan keselamatan seluruh WNI.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, mengaku masih melakukan pendataan terkait kemungkinan adanya warga Jatim di antara 100 WNI yang kini tertahan di Nepal. “Kami masih menunggu laporan resmi dan terus berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri,” ujarnya.
Sebatas informasi, aksi demonstrasi generasi Z di Nepal dipicu oleh kebijakan pemerintah Nepal yang sebelumnya memblokir 26 situs media sosial, termasuk WhatsApp, Facebook, Instagram, LinkedIn, dan YouTube.
Keputusan pemerintah tersebut kemudian memicu puluhan ribu pemuda di Nepal untuk turun ke jalan, berunjuk rasa menuntut pencabutan larangan sekaligus meneriakkan tuduhan praktik korupsi para elite politik Nepal. Aksi unjuk rasa di Kathmandu pada Senin (8/9/2025) kemudian berujung ricuh, bentrokan pecah ketika pengunjuk rasa menerobos barikade dan mencoba menyerbu gedung parlemen serta membakar gerbang gedung tersebut.
Hingga Rabu (10/9/2025), setidaknya 22 orang dilaporkan menjadi korban jiwa sejak kerusuhan terjadi.
Ekonomi Nepal
Mengutip data Bank Dunia (World Bank), Kamis (11/9/2025), Nepal tercatat sebagai negara dengan pendapatan menengah ke bawah (lower middle income). Pendapatan per kapita negara tersebut berada di level USD1.447,3 pada 2024.
Dengan jumlah itu, Nepal telah melepas status sebagai salah satu dari 10 negara termiskin di dunia. Dalam klasifikasi Bank Dunia, negara berpendapatan menengah ke bawah memiliki pendapatan per kapita di rentang USD1.136-USD4.495.
Dari sisi ekonomi, Bank Dunia mencatat pertumbuhan ekonomi Nepal mengalami percepatan pada paruh pertama tahun fiskal 2025 (H1FY25). PDB riil tumbuh sebesar 4,9 persen, naik dari 4,3 persen pada paruh pertama tahun fiskal 2024. Pertumbuhan ini didorong terutama oleh sektor pertanian dan industri, meskipun terjadi perlambatan di sektor jasa.
Sektor pariwisata justru mengalami pelemahan akibat bencana alam. Banjir dan tanah longsor menyebabkan kerusakan setara dengan 0,8 persen dari PDB, yang berdampak parah pada infrastruktur, pertanian, dan layanan sosial.
Nepal mencatat inflasi rendah sebesar 5 persen, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 6,5 persen. Penurunan ini terutama disebabkan oleh inflasi non-makanan dan jasa, terutama di perumahan, utilitas, dan layanan restoran.
Namun, inflasi makanan dan minuman tetap tinggi di 7,5 persen, dengan harga sayuran melonjak 26,6 persen. Perekonomian Nepal diproyeksikan tumbuh 4,5 persen pada tahun fiskal 2025, naik dari 3,9 persen pada 2024.
Bank Dunia juga memperkirakan ekonomi Nepal akan tumbuh rata-rata 5,4 persen per tahun pada 2026-2027. Meski keluar dari status negara miskin, Nepal masih menghadapi banyak persoalan yang membuat pertumbuhan ekonominya tersendat.
Tantangan struktural yang signifikan terus menghambat pertumbuhan domestik dan penciptaan lapangan kerja. Produktivitas tenaga kerja secara keseluruhan masih rendah.
Persaingan yang lemah di bidang logistik dan transportasi, serta infrastruktur yang kurang memadai, membatasi ekspor sehingga tidak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi riil selama beberapa dekade terakhir. Mengutip Times of India, tingkat pengangguran anak muda, khususnya generasi Z, mencapai 20,8 persen menurut data Bank Dunia.
Secara nasional, tingkat pengangguran Nepal konsisten berada di atas 10 persen selama beberapa tahun terakhir dan mencapai 10,7 persen pada 2024. Minimnya lapangan kerja di dalam negeri membuat sebagian besar masyarakat melakukan migrasi.
Menurut catatan Bank Dunia, pada 2021 lebih dari 7 persen penduduk Nepal telah bermigrasi ke luar negeri, terutama untuk mencari pekerjaan karena terbatasnya kesempatan kerja di dalam negeri. Sebatas informasi, aksi demonstrasi generasi Z di Nepal dipicu oleh kebijakan pemerintah Nepal yang sebelumnya memblokir 26 situs media sosial, termasuk WhatsApp, Facebook, Instagram, LinkedIn, dan YouTube.
Keputusan pemerintah tersebut kemudian memicu puluhan ribu pemuda di Nepal untuk turun ke jalan, berunjuk rasa menuntut pencabutan larangan sekaligus meneriakkan tuduhan praktik korupsi para elite politik Nepal. Aksi unjuk rasa di Kathmandu pada Senin (8/9/2025) kemudian berujung ricuh, bentrokan pecah ketika pengunjuk rasa menerobos barikade dan mencoba menyerbu gedung parlemen serta membakar gerbang gedung tersebut.
Hingga Rabu (10/9/2025), setidaknya 22 orang dilaporkan menjadi korban jiwa sejak kerusuhan terjadi. (sic)